Jakarta – Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) di Universitas Paramadina. Jimly dianugerahi penghargaan sebagai ‘Mahakarya Penulis Buku Konstitusi dan Tata Negara’.
“Terima kasih dan selamat untuk Pak Jimly atas penghargaan yang didapat. Paramadina saya mendapat amanah dari yayasan, alhamdulillah sekarang sudah masuk 5.000 orang, di sini tampak sepi karena separuh online, separuh offline, sudah pindah ke Cilangkap dan Cikarang,” kata Rektor Universitas Paramadina, Prof Didik J Rachbini, di Universitas Paramadina, Jakarta, Senin (20/3/2023).
Acara penganugerahan ini dilanjutkan dengan acara diskusi buku berjudul ‘Oligarki dan Totaliotarisme Baru’. Diskusi dihadiri oleh pembicara, yaitu Sekretaris Kabinet (Seskab) Indonesia periode 2010-2014 Dipo Alam dan Ahli Hukum Tata Negara Bivitri Susanti.
“Terima kasih banyak atas penghargaannya mudah-mudahan memberi inspirasi kepada khalayak terhadap ilmuwan muda untuk apa yang baik dari saya, yang tidak baik jangan diikuti,” kata Jimly Asshidiqie dalam kesempatan yang sama.
Jimly Asshiddiqie Raih Anugerah ‘Mahakarya Penulis Buku Konstitusi’ dari Muri (Devi/detikcom)
Jimly menjelaskan, buku yang ditulisnya ini menggambarkan gelombang perubahan peradaban manusia. Jimly juga berbicara mengenai popularitas demokrasi yang kini menurun.
“Di buku ini saya menggambarkan gelombang perubahan peradaban manusia. Maka kita harus membayangkan demokrasi itu tidak final, demokrasi itu bisa tenggelam. Demokrasi sekarang lagi turun, popularitas lagi turun,” jelas Jimly.
Atas hal itu, Jimly menilai teori-teori lama dalam membaca demokrasi sudah tidak relevan lagi digunakan. Dia menjelaskan buku yang ditulisnya itu menggambarkan teori baru untuk meningkatkan kembali demokrasi.
“Maka kita kita tidak bisa menggunakan teori-teori lama sebagai teori final untuk memahami demokrasi itu. Kalo demokrasi dibiarkan begitu, tenggelam dia,” jelas Jimly.