Depok, 18 Juli 2024 – Bertempat di kantor Arsip Universitas Indonesia, dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Yu Un Oppusunggu, mempresentasikan Dagboek dari era 1924-1953 kepada sejumlah perwakilan dari Arsip Nasional Republik Indonesia dan Arsip Universitas Indonesia dalam rangka pengajuannya sebagai Memori Kolektif Bangsa.
Memori Kolektif Bangsa merupakan bagian dari “memory of the world program” dari UNESCO, Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan dari Perserikatan Bangsa-bangsa. Tujuan dari program ini adalah melestarikan dokumen yang mempunyai nilai sejarah umat manusia untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sekaligus memberikan akses publik kepadanya. Untuk dapat terdaftar sebagai Memori Kolektif Bangsa, suatu arsip harus menunjukkan nilai penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, misalnya sejarah pergerakan politik, sosial, tokoh penting bagi bangsa, peristiwa penting, hubungan dengan negara lain, adat-istiadat, titik balik sejarah dan lain sebagainya.
Melalui presentasi tersebut, Yu Un Oppusunggu memaparkan tentang Dagboek yang merupakan buku biru yang mencatat berbagai tahapan ujian mahasiswa di Rechtshoogeschool sampai dengan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Indonesia. Sebagian nama-nama mahasiswa yang tercatat menjadi tokoh-tokoh revolusioner atau memainkan peranan penting dalam perkembangan sejarah Indonesia. Mereka antara lain adalah Amir Hamzah (sastrawan), Amir Sjarifuddin (tokoh Sumpah Pemuda, Perdana Menteri), Assat Datuk Muda (pejabat Presiden Republik Indonesia di masa Republik Indonesia Serikat), Djokosoetono (adisarjana), Hazairin (guru besar hukum, Pahlawan Nasional), Kasman Singodimejo (Jaksa Agung, Pahlawan Nasional), Liem Koen Hian (wartawan, anggota BPUPKI), Muhammad Roem (Wakil Perdana Menteri, Perjanjian Roem-Royen), Muhammad Yamin (tokoh Sumpah Pemuda, Pahlawan Nasional), Soemanang (pendiri Kantor Berita Antara, Menteri Perdagangan), Sahardjo (Menteri Kehakiman, Pahlawan Nasional), Sjafruddin Prawiranegara (Gubernur Bank Indonesia, Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia), St. Takdir Alisjahbana (sastrawan, Begawan), dan Wilopo (Perdana Menteri).
Selain itu, presentasi juga menunjukkan sejumlah perkembangan sejarah atau peradaban yang tercatat di Dagboek, seperti perkembangan pendidikan tinggi hukum di Indonesia, evolusi sistem pendidikan dan ujian, pendidikan tinggi hukum sebagai the mother of science di Indonesia, dan perubahan struktur kehidupan dan budaya yang menjadi titik balik dalam sejarah peradaban Indonesia.
Selanjutnya Arsip Universitas Indonesia akan menyiapkan berbagai kelengkapan yang dibutuhkan untuk pengajuan Dagboek sebagai Memori Koletif Bangsa yang pertama dari dunia pendidikan.