Prof. Agus Sardjono, S.H., M.H, Guru besar FHUI dalam Bidang Hak Kekayaan Intelektual, dikenal sebagai akademisi yang mumpuni di bidangnya. Disamping menjalankan karir sebagai akademisi, Prof. Agus gemar sekali bermain musik, mulai dari menciptakan lagu, menyanyikan hingga yang terbaru menerbitkan satu buah album yang diimpikan sejak dulu kala. Beliau telah mencintai musik sejak masa kanak-kanaknya. Dirinya yang gemar dengan musik cadas telah mulai manggung sebagai anak band sejak dibangku sekolah.
Kegemarannya dibidang musik menghasilkan satu buah karya album yang berjudul TITIK BALIK telah terbit didigital platform. Bagi Prof. Agus , kehadiran album TITIK BALIK turut melengkapi keragaman industri musik tanah air. Lagu tersebut berjudul “Jelita”, lagu yang pertama yang diterbitkan dari sejumlah single yang akan diterbitkan kemudian.
Ketika diwawancarai, Prof. Agus bercerita bahwa lagu-lagu yang ia ciptakan sejak tahun 1980an baru dapat dituangkan dalam sound recording yang memadai di era digital saat ini. Perjalanan Prof. Agus bermusik sebagai hobi tak pernah ia lepaskan hingga bangku kuliah.
“Ini hanya sekadar ekspresi berkesenian untuk mengimbangi kerut dahi karena soal-soal ilmiah yang cenderung kering. Kebetulan saya menyukai musik, yang pada gilirannya membentuk cara berpikir bebas.” Ujar Prof. Agus.
Saat ditanyai, darimana asal inspirasi menulis lagu tersebut Pof. Agus hanya menjelaskan bahwa lagu ini ditulis tahun 90an dan tidak ada cerita khusus untuk latar belakangnya. Lagu ini hanya hasil lamunan seorang seniman yang gemar melamun.
“Dan itu menandakan adanya TITIK BALIK bagi saya untuk mulai membuat karya musik tanpa tergantung pada produser besar. Musik bisa digarap di rumah dengan hasil tidak buruk, meski juga belum sempurna. Album TITIK BALIK berisi lagu-lagu era 80an – 90an, yang di era digital baru bisa terwujud.” Ujar Prof. Agus
Kepada Humas FHUI, Prof. Agus menceritakan bahwa kemampuan berpikir bebas dan terbuka untuk menghasilkan karya-karya ilmiah berkaitan dengan filosofi seni musik yang digemarinya. Cita rasa seni memberikan dorongan untuk tidak terpaku pada pakem tertentu termasuk dalam satu pendapat ilmiah.
“Saya orang yg tidak terlalu memikirkan pakem. Yang penting berekspresi, apa pun, bebas. Ekspresi bisa lewat musik atau lukisan. Untuk itu saya bersyukur karena karunia Tuhan kepada saya. Jadi kalau ditanya, siapa yang paling berjasa terhadap saya, maka Dia adalah yang menciptakan saya, yang telah memberikan talenta sebagai anugerah terbesar dari Yang Kuasa.” Tutupnya. (Humas/aniapr)