"JUDEX SET LEX LAGUENS" Sang Hakim adalah hukum yang berbicara.

Alumni Terkemuka

Ahmad Fikri Assegaf

Ahmad Fikri Assegaf adalah co-founder firma hukum Assegaf Hamzah and Partners. Ia juga merupakan komisaris PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Sebelumnya, ia memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Dengan pengetahuannya yang sangat luas, Ahmad Fikri Assegaf diakui sebagai salah satu pengacara paling inovatif dalam bidang perbankan dan keuangan, merger dan akuisisi, serta pasar modal.

Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Ahmad Fikri Assegaf kerap mendapat penghargaan, antara lain disebut sebagai “The Deal Maker of the Year 2017” oleh Asian Legal Business dan disebut sebagai “Leading Lawyer” oleh Asialaw Profiles in Banking & Finance and Corporate/M&A sejak 2014 hingga 2019.

Najwa Shihab

Najwa Shihab adalah adalah alumni Fakultas Hukum UI angkatan 1996. Ia pernah menjadi anchor dalam program berita prime time Metro Hari Ini, Suara Anda dan program bincang-bincang Mata Najwa. Pada tahun 2018, Najwa Shihab melalui Mata Najwa tampil kembali di Trans7 dengan tetap menempati slot yang sama seperti sewaktu di Metro TV, yaitu hari Rabu pukul 20:00 WIB. Pada tahun yang sama, setelah berkecimpung menjadi jurnalis selama 9 tahun, Najwa Shihab mendirikan Narasi TV, yaitu sebuah perusahaan berita dan media omni-channel yang menciptakan dan mengelola beberapa jenis konten. Selain itu, Najwa Shihab pernah masuk nominasi (5 besar) Asian Television Awards untuk kategori Best Current Affairs/Talkshow Presenter. Pengumuman pemenang dilangsungkan pada bulan November 2013 di Singapura.

Chandra Hamzah

Chandra Hamzah adalah salah satu pendiri Firma Hukum Assegaf & Hamzah. Dia memfokuskan praktiknya pada sengketa komersial, antikorupsi dan tata kelola perusahaan yang baik serta masalah kekayaan intelektual. Ia diakui sebagai Praktisi Tercatat oleh Chambers Asia Pacific 2016. Ia diangkat oleh Presiden pada tahun 2017, atas rekomendasi Dewan Perwakilan Rakyat, sebagai komisaris otoritas antikorupsi Indonesia yang berkekuatan tinggi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di mana dia kemudian menjabat sebagai wakil ketua. Komitmen terhadap tata kelola perusahaan yang baik juga ditunjukkan dan ditunjukkan selama menjabat sebagai Komisaris Utama PT PLN (Persero) pada tahun 2015. Ia juga merupakan anggota dari berbagai tim ad-hoc di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang menyusun beberapa peraturan perundang-undangan.

Mardjono Reksodiputro

Mardjono Reksodiputro adalah Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Ketua Program Pasca Sarjana Ilmu Kepolisian. Saat ini beliau adalah Guru Besar Hukum di Universitas Indonesia dan bermitra dengan Konselor ABNR di bidang Hukum sebagai firma hukum terbesar di Indonesia pada tahun 2015. Beliau juga pernah menjabat sebagai Konsultan di Badan Pengembangan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Ketua Panitia Penyusun KUHP dan Ketua Konsorsium Ilmu Hukum Departemen Pendidikan.

Jimly Asshiddiqie

Jimly Asshiddiqie adalah seorang tokoh hukum Indonesia, baik sebagai akademisi maupun pejabat publik terkemuka. Sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi pertama di Indonesia (2003-2008), ia mendirikan lembaga peradilan baru dan mengembangkan proses pengujian konstitusi atas undang-undang yang telah lama hilang di Indonesia. Dia membantu menetapkan standar baru di pengadilan Indonesia untuk putusan yang beralasan berdasarkan yurisprudensi internasional, serta merintis publikasi putusan. Dia juga memimpin Mahkamah Konstitusi ketika memutuskan tantangan hukuman mati. Ia adalah ketua Dewan Kehormatan Badan Penyelenggara Pemilu dan Dewan Penasihat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Dia telah memberikan nasihat kepada presiden dan legislatif nasional tentang masalah hukum dan politik, dan telah dua kali dihormati untuk kontribusinya terhadap reformasi hukum dan administrasi negara Indonesia. Kini, menjadi Senator dari DKI Jakarta di Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Profesor Asshiddiqie menempuh pendidikan di Universitas Indonesia, Universitas Leiden dan Harvard, dan Guru Besar Hukum Tata Negara di Universitas Indonesia. Ia telah menerbitkan lebih dari 60 buku, beberapa dalam bahasa Inggris, menciptakan sumber penting bagi munculnya pemikiran konstitusional tentang demokrasi di Indonesia.

Todung Mulya Lubis

Todung Mulya Lubis adalah salah satu pengacara hak asasi manusia dan pemikir hukum paling berpengaruh di Indonesia. Ia menyelesaikan gelar Sarjana Hukum di Universitas Indonesia (1974); LLM di University of California, Berkeley; LLM kedua di Harvard Law School; dan JSD di University of California, Berkeley. Ia telah menjadi Adjunct Membre senior di Fakultas Hukum Universitas Indonesia sejak tahun 1990, di mana ia pertama kali diangkat pada tahun 1975. Dari tahun 1980-1983, ia adalah Direktur LSM pembangkang yang terkenal di Indonesia, Yayasan Bantuan Hukum, tempat ia bekerja. bertahun-tahun. Buku ilmiahnya yang berpengaruh pada tahun 1983 Mencari Hak Asasi Manusia: Dilema Hukum-Politik Orde Baru Indonesia 19661990 memainkan peran penting dalam mendefinisikan pemikiran demokratis tentang hak asasi manusia di Indonesia. Dr Lubis juga merupakan Pendiri dan Mitra Senior dari sebuah firma hukum terkemuka di Jakarta dan telah menjadi penasihat utama dalam sejumlah kasus hak asasi manusia yang besar, seringkali secara pro bono. Ini termasuk bertindak untuk Bali Nine dalam upaya meyakinkan Mahkamah Konstitusi Indonesia untuk menghapus hukuman mati dan melawan Presiden Soeharto. Dia juga memegang serangkaian penunjukan pemerintah senior. Pada 2014, ia diangkat sebagai Profesor Kehormatan di Melbourne Law School, The University of Melbourne. Sekarang, dia adalah Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Norwegia dan Republik Islandia.

Sukarni Ilyas

Sukarni Ilyas adalah seorang jurnalis Indonesia. Karni adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Karni Ilyas, memulai karirnya sebagai reporter surat kabar AFP pada tahun 1972. Ia kemudian pindah ke Majalah Tempo pada tahun 1978, hingga majalah tersebut dibreidel pemerintah Orde Baru pada tanggal 21 Juni 1994. Jabatan terakhirnya Karni, Redaktur Pelaksana membawahi Rubrik yang antara lain dibidang hukum. Oleh karena itu, wajar jika hampir semua persoalan hukum di republik ini tidak lepas dari catatan Karni.

Jurnalis Karni aktif di berbagai organisasi. Ia juga pernah menjadi Presiden Jakarta Lawyers Club, Ketua ATVSI (Asosiasi TV Swasta Indonesia), serta anggota Komisi Kepolisian Nasional. Pada tahun 2012, Karni Ilyas meraih Panasonic Global Awards untuk kategori Lifetime Achievement Award.

Dr. M. Idwan Ganie

M. Idwan Ganie adalah salah satu Mitra Pendiri dan saat ini juga Managing Partner perusahaan Lubis Ganie Surowidjojo. Ia memperoleh gelar sarjana hukum Indonesia dari Universitas Indonesia pada tahun 1977. Dr. Ganie mengkhususkan diri dalam transaksi / sengketa komersial, tata kelola perusahaan, dan pencarian fakta / investigasi. Ia diterima di Pengacara Indonesia dan anggota Dewan Hukum Australia dan Asosiasi Arbitrase Internasional.

Beliau adalah pengacara pasar modal berlisensi dan arbitrator komersial / olahraga berlisensi dan juga Anggota dari Singapore Institute of Arbiter (FSIArb). Dr. Ganie adalah Ketua Asosiasi Pengacara Anti-Trust Indonesia, Ketua Pengadilan Arbitrase Olahraga Indonesia, arbitrator komersial dengan SIAC di Singapura dan AIAC (sebelumnya KLRCA) di Kuala Lumpur, dan arbitrator olahraga dengan CAS di Lausanne.

Garin Nugroho

Garin Nugroho menyelesaikan studinya pada tahun 1985 di akademi film di Jakarta. Sejak itu, ia telah membangun karya yang mengesankan dengan fitur, dokumenter, dan celana pendek. Nugroho juga seorang kritikus film untuk beberapa surat kabar Indonesia dan dosen di Universitas Indonesia. Pada 1999, IFFR dibuka dengan feature Leaf on a Pillow dan sejak itu sebagian besar filmnya diputar di Rotterdam. Filmnya Opera Jawa (2006) diputar di beberapa festival film, termasuk IFFR dan festival film Venice dan Toronto. Pada 2017 film ini dirilis di bioskop-bioskop di Inggris Raya dan Belanda.

Maria Farida Indrati

Maria Farida Indrati adalah seorang Hakim Konstitusi perempuan pertama di Indonesia sekaligus Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia dengan kepakaran pada bidang Ilmu Perundang-undangan. Ia merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1975. Kariernya sebagai dosen FHUI dimulai ketika ia menjadi asisten dari Prof. A. Hamid S. Attamimi untuk mengajar mata kuliah Ilmu Perundang-undangan. Pada saat itu, mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah baru yang diperkenalkan di FHUI. Hingga pada akhirnya, mata kuliah tersebut berkembang menjadi mata kuliah wajib di FHUI dan perkembangannya sangat pesat hingga saat ini.

Keahlian Maria di bidang perundang-undnagan kemudian membawanya sebagai anggota, ketua, maupun narasumber di sejumlah lembaga. Salah satunya, anggota Board of Advisors, International Consortium on Law and Development (ICLAD), The Boston University Program on Legislative Drafting for Democratic Social Change, (2004-2009). Sebelumnya, ia sempat juga menjadi anggota tim perumus maupun anggota tim penyelaras Komisi Konstitusi pada Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Pada akhirnya, ia pun menjadi hakim konstitusi selama dua periode, dari tahun 2008 hingga 2018 dari usulan Presiden RI.

Denny Januar Ali

Denny Januar Ali (Denny JA) adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ia adalah pendiri Lembaga Survei Indonesia (2003), Lingkaran Survei Indonesia (2005), Asosiasi Riset Opini Publik (2007), dan Asosiasi Konsultan Politik Indonesia (2009). Dia dinobatkan sebagai salah satu dari 30 orang paling berpengaruh di Internet oleh Majalah Time pada tahun 2015.

Setelah menyelesaikan studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, ia meraih gelar Master of Public Administration dari Pittsburgh University , Amerika Serikat. Selanjutnya, pada 2001 ia mendapatkan gelar Doktor dari Ohio University, Amerika Serikat. Namanya, mulai terkenal di dunia politik saat mendirikan lembaga survei, yakni Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Asosiasi Riset Opini Publik (Aropi), dan Asosiasi Konsultan Politik Indonesia (Akopi). Ia pun kemudian dianggap sebagai pelopor tradisi baru survei opini publik di Indonesia.

Denny JA juga mempunyai prestasi yang cukup gemilang dalam industri pembentukan opini, karena calon dengan elektabilitas tertinggi menurut surveinya mampu memenangi Pemilu. Hal ini didapatkannya ketika Pilpres pada tahun 2004, 2009, dan 2014. Atas pencapaiannya itu, kemudian ia dianugerahi rekor MURI.

Elfonda Mekel

Elfonda Mekel atau biasa dipanggil dengan nama Once, merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ia masuk ke Fakultas Hukum UI pada tahun 1989 dan lulus pada tahun 1996. Saat ini, ia merupakan salah satu penyanyi pria papan atas di Indonesia sekaligus mantan vokalis grup band DEWA 19. Bersama DEWA 19, setidaknya telah 5 album ia hasilkan bersama grup band DEWA 19.

Ketika berkuliah di Fakultas Hukum UI, Once juga memiliki band. Uniknya, nama band ini baru ditentukan ketika akan manggung, dan dipilih berdasarkan headline koran pada hari itu. Pada tahun 1999, Once menjadi vokalis DEWA 19 menggantikan Ari Lasso. Pada saat itu, nama DEWA 19 sudah sangat terkenal, sehingga menjadi beban tersendiri bagi Once. Apalagi karakter vokal Once sangat berbeda dengan pendahulunya. Pertaruhannya adalah pada album “Bintang Lima”. Tak disangka, album tersebut ternyata menjadi album DEWA 19 yang cukup sukses di pasaran dengan penjualan sebanyak 1,7 juta kopi.

Andri Rizki Putra

Andri Rizki Putra atau Kak Rizki adalah pendiri sekaligus Ketua Pembina Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB). Seorang pengacara dan sekaligus aktivis pendidikan, yang telah menulis sebuah buku ‘Anak Jujur Tidak Sekolah’ dan menjadi salah satu buku best seller di tahun 2015.

Dia berhasil masuk ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan mendapat predikat Juara 3 Mahasiswa Berprestasi Tingkat FHUI. Beberapa penghargaan yang pernah dia raih, di antaranya adalah Kick Andy Young Heroes Award (2015), Breakthrough People di bidang Pendidikan (2015), Remaja Berprestasi dan Menginspirasi (Mewakili Masyarakat Umum) oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (2014).

Andhika Putra Sudarman

Andhika Putra Sudarman adalah alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang saat ini merupakan pendiri dari aplikasi Sejuta Cita. Semasa berkuliah di Fakultas Hukum UI, Andhika menorehkan banyak prestasi. Puncaknya, ia dinobatkan sebagai Mahasiswa Beprestasi Nasional pada tahun 2014. Semasa kuliah, Andhika juga sempat mengikuti program exchange student ke Tohoku University selama setahun.

Setelah lulus kuliah, Andhika mengasah kemampuannya sebagai seorang yuris dengan menjadi Associate di Allen & Overy Law Firm. Setelah itu, ia melanjutkan studinya di Harvard University dengan mengambil peminatan Constitutional Law. Sebagaimana di UI, Andhika juga menorehkan prestasi selama berkuliah di Harvard University. Ia masuk kategori “Harvard Law School’s Class Marshal” dan lulus dengan penghargaan “Harvard Law School’s Dean’s Award”. Atas penghargaannya tersebut, ia diberikan kesempatan untuk memberikan pidato di hari kelulusan, mewakili “Class of 2020”. Atas raihannya tersebut, ia menjadi pemuda Indonesia pertama yang memberikan sambutan untuk para wisudawan di Harvard University.

Yusril Ihza Mahendra

Yusril Ihza Mahendra adalah pendiri firma hukum Ihza & Ihza Law Firm. Ia merupakan alumni Hukum Universitas dan menjadi Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia. Ia saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang. Yusril telah tiga kali menempati jabatan sebagai menteri dalam kabinet pemerintahan Indonesia, yaitu Menteri Hukum dan Perundang-undangan pada Kabinet Persatuan Nasional, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Kabinet Gotong Royong, dan terakhir sebagai Menteri Sekretaris Negara pada Kabinet Indonesia Bersatu. Atas jasa dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara, Presiden RI menganugerahi Yusril dengan tanda jasa Bintang Bhayangkara Utama (2004) dan Bintang Mahaputra Adhipradana (2015).

Yusril Ihza Mahendra lahir pada tanggal 5 Februari 1956 di Belitung Timur. Memperoleh gelar Sarjana di Universitas Indonesia Jurusan Filsafat pada tahun 1983, kemudian melanjutkan studi di Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia dengan bidang Hukum dan Kajian Islam pada tahun 1983. Ia melanjutkan pendidikannya di Program Pasca Sarjana Humaniora dan Ilmu Sosial di Universitas Punjab Pakistan. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Sains Malaysia, lulus dengan gelar Master of Science (M.Sc.) dan gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.) dalam ilmu politik di Institute of Doctoral Education pada tahun 1993. The University of Indonesia mengangkatnya sebagai Guru Besar yang menyandang status guru besar hukum.

Pernah menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara, Anggota DPR / MPR RI, Menteri Hukum dan Perundang-undangan, Menteri Kehakiman (sekarang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia). Ia dilantik sebagai Ketua Tim Hukum dan pengacara pasangan calon presiden Pak Joko Widodo dan calon Wakil Presiden Pak Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 dan memenangkan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi pada tahun 2019. Berdasarkan karir dan ilmu yang dimilikinya di bidang hukum, beliau juga merupakan ahli hukum di bidang hukum ketatanegaraan. Yusril Ihza Mahendra adalah anggota Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) dan Managing Director (pemilik dan pendiri) Kantor Advokat Firma Hukum Ihza & Ihza.

Hasan Wirajuda

Hasan Wirajuda adalah menteri luar negeri Indonesia dari 2001 hingga 2009. Dia juga anggota dewan penasihat presiden republik Indonesia dari 2009 hingga 2014. Dia baru-baru ini ikut mendirikan Sekolah Pemerintahan dan Kebijakan Publik Indonesia dan merupakan pemimpin redaksi Strategic Review – The Indonesian Journal of Leadership, Policy and World Affairs, Kebijakan dan Urusan Dunia. Seorang pengacara dengan pelatihan dan diplomat berdasarkan profesinya.

Dr. Wirajuda memegang beberapa posisi penting termasuk direktur jenderal urusan politik Kementerian Luar Negeri (2000-2001), duta besar dan perwakilan tetap untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan internasional lainnya. Organisasi di Jenewa (1998-2000), duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Mesir (1997-1998), dan direktur organisasi internasional Kementerian Luar Negeri (1993-1997). Dr. Wirajuda memperoleh gelar Doctor of Juridical Science dalam hukum internasional dari University of Virginia School of Law (1988), master hukum (LL.M) dari Harvard University School of Law (1985), dan master seni dalam hukum dan diplomasi (MALD) dari Sekolah Hukum dan Diplomasi Fletcher (1984).

Pada tahun 1971, ia lulus dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan menghabiskan satu tahun di Universitas Oxford, Program Dinas Luar Negeri pada tahun 1976. Atas jasanya yang berjasa kepada negaranya, Presiden Indonesia menganugerahi Dr. Wirajuda dengan gelar negara Indonesia tertinggi. Medali Bintang Mahaputra Adipradana tahun 2011.

Sebelumnya pada tahun 2008 Dr. Wirajuda juga menerima penghargaan bergengsi Order of Sikatuna Award dari pemerintah Filipina atas karyanya tentang perdamaian di Filipina selatan. Dr. Wirajuda, bersama mantan Menteri Luar Negeri Ben Bot, dianugerahi penerima Linggajati Award 2013 dari IndonesiaNetherlands Society (INS) atas kontribusi dan jasanya dalam memajukan hubungan bilateral kedua masyarakat.

Sofyan Djalil

Sofyan Djalil merupakan lulusan dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang lulus pada tahun 1984. Saat itu, dia mengambil studi Hukum Bisnis. Lima tahun berselang, Sofyan berhasil mendapatkan gelar Master of Arts dari Tufts University, Medford, Massachusetts, Amerika Serikat pada bidang Public Policy pada tahun 1989.

Pria Aceh kelahiran 23 September 1953, ini memiliki pengalaman yang panjang dalam bidang pemerintahan. Kariernya sebagai menteri dimulai pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika pada masa jabatan 21 Oktober 2004 sampai 9 Mei 2007. Selanjutnya, masih pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sofyan kembali dilantik menjadi Menteri Negara BUMN Indonesia ke-4 untuk masa jabatan 9 Mei 2007 sampai 22 Oktober 2009.

Pada masa pemerintahan Jokowi – JK, Sofyan didaulat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia di Kabinet Kerja Periode 2014-2019. Namun, ia hanya menjabat selama satu tahun dari 26 Oktober 2014 sampai 12 Agustus 2015 sebab selanjutnya ia digantikan oleh Darmin Nasution pada perombakan Kabinet Kerja. Sejak 12 Agustus 2015, Sofyan mulai menduduki posisi sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menggantikan Andrinof Chaniago. Pada 27 Juli 2016, Sofyan Djalil resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang. Sofyan Djalil dilantik bersama 12 Menteri baru pada Rusheffle Kabinet Jilid II. Terakhir, pada 23 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo menunjuk Sofyan Djalil sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) dalam Kabinet Indonesia Maju untuk periode 2019-2024.

Rahmat Bagja

Rahmat Bagja, merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang lulus pada tahun 2002. Ia Aktif dalam Gerakan Mahasiswa untuk era Reformasi. Ketua Umum Senat Mahasiswa di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia 2001-2002, Ketua Umum Komisariat HMI FHUI (2000-2001), juga menjadi Wakil Koordinator Lembaga Pengelolaan Kader HMI Cabang Depok dan secara bersamaan juga menjadi Wakil Sekretaris Umum PTKP HMI Cabang Depok (2001-2003).

Memiliki kesempatan untuk menjadi Sekretaris Jenderal Ikatan Senat Mahasiswa Hukum seluruh Indonesia (ISMAHI), sebuah organisasi berbentuk Konfederasi yang mewadahi seluruh Senat Mahasiswa/Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum seluruh Indonesia dari tahun 2002 sampai 2004. Memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan semua Ketua SM FH dan BEM FH di Indonesia dan menyebarkan tema Reformasi Hukum dan Konstitusi. Pada pertengahan tahun 2003, menjadi Peneliti Junior pada Pusat Konstitusi Studi Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, dan diawasi oleh Prof. Dr. Jimly Ashshiddiqie dengan keterlibatan pada proyek penelitian dari MPR RI untuk melakukan analisis terhadap produk hukum MPR.

Kuliah pada tahun 2008-2009, di Fakultas Hukum, Utrecht University, Belanda dan menjadi Ketua Umum PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Utrecht. Pada tahun 2010-2014. kuliah kembali pada Program Doktor Ilmu Hukum.

Sebelum di Bawaslu, menjadi Dosen Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia dan Tenaga Ahli MKD DPR RI.

Hikmahanto Juwana

Hikmahanto Juwana menjadi staf pengajar di Bidang Studi Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia sejak tahun 1988. Hikmahanto memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Master of International Law dari Faculty of Law, Keio University, dan Doctor of Philosophy dari Faculty of Law dari University of Nottingham. Jabatan Guru Besar dianugerahkan pada tahun 2001 dengan Pidato Pengukuhan Guru Besar yang berjudul: Hukum Internasional Dalam Konflik Kepentingan Ekonomi Negara Berkembang dan Negara Maju. Prof. Hikmahanto diangkat Jabatan Guru Besar di usia 36 tahun, beliau merupakan Professor termuda dalam sejarah Universitas Indonesia pada waktu tersebut.

Pada tahun 2004, Prof. Hikmahanto mendapatkan kepercayaan sebagai Dekan termuda di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Kiprah Prof. Hikmahanto dalam perjalanan karir akademik telah mendapat pengakuan baik dari lembaga pendidikan  di dalam maupun di luar negeri. Beliau pengajar di sejumlah mata kuliah hukum di beberapa universitas terkemuka lainnya di Indonesia dan menjadi visiting professor di University of Melbourne, National University of Singapore dan Nagoya University, Jepang. Sebagai peneliti independen, beliau telah menerbitkan sejumlah buku, artikel dan makalah penelitian tentang berbagai aspek hukum internasional, hukum bisnis, dan hukum ruang angkasa.

Saat ini juga sebagai Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) Cimahi (sejak 17 April 2020). Selain kiprah di bidang akademik, Prof. Hikmahanto juga memiliki pengalaman yang luas dalam bidang pengabdian masyarakat  diantaranya: Tenaga Ahli Jaksa Agung RI (14 Januari 2020-2021), Anggota Kelompok Ahli BNPT Bidang Hukum Internasional (1 Agustus 2016-31 Agustus 2017), Anggota Tim Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Amandemen UU No.10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran – BAPETEN (13 Januari 2016), AnggotaTim Ahli Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Illegal (Illegal Fishing) – Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (14 Desember 2015), Anggota Tim Pakar Khusus Hukum KEMHAN (6 Januari 2015-31 Desember 2015), Tim Pengkaji Permasalahan Hukum BUMN (Penguat Hukum Perdata) Kementerian Negara BUMN (5 Januari 2015-sekarang), Anggota Satuan Tugas Hukum Kementerian BUMN (September 2011-sekarang), Anggota Komisi Pengawas Pajak Kementerian Keuangan (Maret 2010-Maret 2013), Tim Ahli Hukum Kementerian Pertahanan (Februari 2010-sekarang), Staf Ahli Menteri pada Kantor Menko Perekonomian (1999-2001), Komisi Ahli Kementerian Hukum dan HAM (2004-2005), dan Konsultan BAPPENAS sebagai Penasehat Urusan Pemberdayaan Pengadilan Niaga (2001-2002), dan Staf Ahli Menteri pada Kantor Menko Perekonomian dari 1999 hingga 2001.